A.
Latar
Belakang Masalah
Manusia merupakan makhluk Tuhan Yang Maha
Esa yang paling sempurna dari makhluk lainnya.Dengan segala kelebihan yang
dimiliki manusia dibanding makhluk lainnya membuat manusia memiliki kedudukan
atau derajat yang lebih tinggi.Manusia juga disertai akal, pikiran, perasaan
sehingga manusia dapat memenuhi segala keinginannya yang diberikan Tuhan Yang
Maha Esa.
Manusia adalah mahluk hidup ciptaan tuhan
dengan segala fungsi dan potensinya yang tunduk kepada aturan hukum alam,
mengalami kelahiran, pertumbuhan, perkembangan, dan mati.Serta terkait serta
berinteraksi dengan alam dan lingkungannya dalam sebuah hubungan timbal balik,
baik itu positis maupun negatif.
Manusia juga sebagai mahkluk individu
memiliki pemikiran-pemikiran tentang apa yang menurutnya sesuai ketika
tindakan-tindakan yang ia ambil dan sebagai makhluk sosial yang saling
berhubungan dan keterkaitannya dengan lingkungan dan tempat tinggalnya.
Dalam kehidupan sehari-hari kita tidak lepas
dari pengaruh orang lain. Kehidupan di sekitar kita sangat berperan penting
dalam membentuk kepribadian suatu individu.Kita tidak bisa seenaknya melakukan
hal-hal menurut keinginan kita sendiri itu karena kita adalah makhluk sosial.
Makhluk yang membutuhkan bantuan dari orang lain. Hidup tanpa bantuan dari
orang lain tidak akan bisa berjalan dengan baik dan tidak akan bisa tercapai.
Sering kita lihat dan mungkin kita alami betapa sulitnya kita tanpa ada teman
yang bisa membantu dan menemani kita, kita tidak akan bisa berinteraksi dan
bersosialisasi. Makhluk individu dan makhluk sosial sangat berkaitan erat dalam
kehidupan sehari-hari.Oleh karena itu, betapa pentingnya peranan masyarakat di
sekitar kita.
Melihat dari masalah itu
kami dari penulis mencoba untuk membahas tentang kehidupan individu dan makhluk
sosial dan cara serta hal-hal yang yang menyebabkan terjadinya masalah yang
terjadi dalam kehidupan individu dan makhluk sosial.
B.
Rumusan
Masalah
Dalam bermasyarakat, banyak kita menjumpai
perbedaan sifat antara individu satu dengan individu lainnya.Ada yang gemar
berorganisasi serta ada pula yang tidak. Oleh karena itu penulis ingin
membatasi masalah dalam hal :
1.
Apakah
yang dimaksud dengan manusia sebagai makhluk individu dan sosial?
2.
Bagaimana
pengembangan manusia sebagai makhluk individu dan sosial ?
C.
Tujuan
Penulisan
Adapun tujuan penulisan
pembuatan makalah ini adalah :
1.
Menginformasikan
kepada pembaca arti penting kedudukan manusia di muka bumi ini sebagai pemimpin
dari makhluk lainnya.
2.
Mengajak
kepada pembaca bagaimana manusia sebagai makhluk individu dan sosial.
3.
Makalah
ini bertujuan untuk memenuhi tugas Ilmu sosial dan Budaya Dasar (ISBD).
D.
Manfaat
Penulisan
1.
Semoga
makalah ini dapat menjadi sumber inspirasi bagi pembaca untuk melakukan
penelitian lebih lanjut.
2.
Sebagai khasanah
pustaka di perpustakaan.
3.
Untuk
menambah wawasan dan pengetahuan bagi pembaca.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
A.
Manusia
Sebagai Makhluk Individu
Individu berasal dari kata in dan devided.
Dalam Bahasa Inggris in salah satunya mengandung pengertian tidak, sedangkan
devided artinya terbagi. Jadi individu artinya tidak terbagi, atau satu
kesatuan. Dalam bahasa latin individu berasal dari kata individium yang berarti
yang tak terbagi, jadi merupakan suatu sebutan yang dapat dipakai untuk
menyatakan suatu kesatuan.Individualitas manusia tampak pada keinginan untuk
selalu tumbuh berkembang sebagai sosok pribadi yang khas atau berbeda dengan
lain.
Manusia sebagai makhluk individu memiliki
unsur jasmani dan rohani, unsur fisik dan psikis, unsur raga dan jiwa.Seseorang
dikatakan sebagai manusia individu manakala unsur-unsur tersebut menyatu dalam
dirinya.Jika unsur tersebut sudah tidak menyatu lagi maka seseorang tidak
disebut sebagai individu.Dalam diri individu ada unsur jasmani dan rohaninya,
atau ada unsur fisik dan psikisnya, atau ada unsur raga dan jiwanya.
Setiap manusia memiliki keunikan dan ciri
khas tersendiri, tidak ada manusia yang persis sama. Dari sekian banyak
manusia, ternyata masing-masing memiliki keunikan tersendiri.Seorang individu
adalah perpaduan antara faktor fenotip dan genotip. Faktor genotip adalah
faktor yang dibawa individu sejak lahir, ia merupakan faktor keturunan, dibawa
individu sejak lahir. Kalau seseorang individu memiliki ciri fisik atau
karakter sifat yang dibawa sejak lahir, ia juga memiliki ciri fisik dan
karakter atau sifat yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan (faktor fenotip).
Faktor lingkungan (fenotip) ikut berperan dalam pembentukan karakteristik yang
khas dari seseorang.Istilah lingkungan merujuk pada lingkungan fisik dan lingkungan
sosial.Ligkungan fisik seperti kondisi alam sekitarnya.Lingkungan sosial,
merujuk pada lingkungan di mana seorang individu melakukan interaksi
sosial.Kita melakukan interaksi sosial dengan anggota keluarga, dengan teman,
dan kelompok sosial yang lebih besar.
Karakteristik yang khas dari seseorang dapat
kita sebut dengan kepribadian.Setiap orang memiliki kepribadian yang
berbeda-beda yang dipengaruhi oleh faktor bawaan (genotip) dan faktor
lingkungan (fenotip) yang saling berinteraksi terus-menerus.
Dalam perkembangannya setiap individu
mengalami dan di bebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi
kebersamaan hidup dengan sesama manusia.Seringkali pula terdapat konflik dalam
diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan
peranan yang dituntut masyarakatnya.Namun setiap warga masyarakat yang namanya
individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku
sosial masyarakatnya.Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri
sebagai individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi
“maang” dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan
kepribadiannya atau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian
dari lingkungannya telah terbentuk.
Manusia sebagai individu selalu berada di
tengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi
pribadi. Proses dari indvidu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan
dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh kelompok
sekitarnya.
1.
Proses
Destruktif dan Konstruktif
Dalam proses untuk menjadi pribadi ini,
individu dituntut untuk menyesuaikan dengan lingkungan tempat ia berada.
Lingkungan disini hendaknya diartikan sebagai lingkungan fisik dan lingkungan
psikis. Di dalam lingkungan fisik, individu harus menyesuaikan dirinya dengan
keadaan jasmaninya sedemikian rupa untuk berhadapan dengan individu lain dengan
keadaan jasmaninya yangsama atau berbeda sama sekali.
Prasarana fisik yang sedemikian adanya harus
dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan yang terdiri dari individu-individu yang
menganut sistem yang lama.
Dalam hubungan dengan lingkungan kita nanti
akan melihat apakah individu tersebut menyesuaikan dirinya secara alloplastis,
yaitu individu di sini secara aktif mempengaruhi dan bahkan sering mengubah
lingkungannya. Atau sebaliknya individu menyesuaikan diri secara padif
(autoplastis), yaitu lingkungan yang akan membentuk pribadi seseorang. Pada
diri individu yang destruktif kita jumpai kecenderungn untuk memenuhi kebutuhan
psikis berlebihan.Biasanya mencari kepuasan temporal yang sering kali hanya
dinikmatinya sendiri, dan kalau mungkin hanya oleh segelintir individu-individu
lain yang menjadi kelompoknya, dan dalam melakukan ini, penampilannya akan
ditandai oleh tindakan yang semata- mata rasional kearah masa depan.
2.
Kompromistis
dan Anti-Establishment
Sikap kompromis seseorang individu biasanya
banyak disebabkan oleh cara-cara yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan organik
maupun kebutuhan psikologis.Sikap anti- establishment ini merupakan sikap
individual yang berlebihan dalam hal individu berintaraksi dengan
lingkungannya.Hal ini sangat erat kaitannya dengan usaha individu dalam
pencarian identitas diri yang bersifat psikologis (in the search for self
identity). Sehingga dalam proses pencarian, akan terlihat penggambaran mengenai
waktu diri sendiri yang sangat dominan.
Perubahan dirasakan oleh hampir semua
manusia dalam masyarakat.Perubahan dalam masyarakat tersebut wajar, mengingat
manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas. Kalian akan dapat melihat
perubahan itu setelah membandingkan keadaan pada beberapa waktu lalu dengan
keadaan sekarang. Perubahan itu dapat terjadi di berbagai aspek kehidupan,
seperti peralatan dan perlengkapan hidup, mata pencaharian, sistem
kemasyarakatan, bahasa, kesenian, sistem pengetahuan, serta religi/keyakinan.
B.
Manusia
Sebagai Makhluk Sosial
Menurut kodratnya, Manusia adalah makhluk
sosial atau makhluk bermasyarakat, selain itu juga diberikan yang berupa akal
pikiran yang berkembang serta dapat dikembangkan.Dalam hubungannya dengan
manusia sebagai makhluk sosial, manusia selalu hidup bersama dengan manusia
lainnya. Dorongan masyarakat yang dibina sejak lahir akan selalu menampakan
dirinya dalam berbagai bentuk, karena itu dengan sendirinya manusia akan selalu
bermasyarakat dalam kehidupannya. Manusia dikatakan sebagai makhluk sosial,
juga karena pada diri manusia ada dorongan dan kebutuhan untuk berhubungan
(interaksi) dengan orang lain, manusia juga tidak akan bisa hidup sebagai
manusia kalau tidak hidup di tengah-tengah manusia. Tanpa bantuan manusia
lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang
lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa
mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
Dapat disimpulkan, bahwa manusia dikatakan
sebagai makhluk sosial, karena beberapa alasan, yaitu :
1.
Karena
manusia tunduk pada aturan yang berlaku.
2.
Perilaku
manusia mengaharapkan suatu penilain dari orang lain.
3.
Manusia
memiliki kebutuhan untuk berinteraksi dengan orang lain.
4.
Potensi
manusia akan berkembang bila ia hidup di tengah-tengah manusia.
Ciri manusia dapat dikatakan sebagai makhluk
sosial adalah adanya suatu bentuk interaksi sosial didalam hubugannya dengan
makhluk sosial lainnya yang dimaksud adalah dengan manusia satu dengan manusia
yang lainnya. Secara garis besar faktor-faktor personal yang mempengaruhi
interaksi manusia terdiri dari tiga hal yakni :
1.
Tekanan
emosional. Ini sangat mempengaruhi bagaimana manusia berinteraksi satu sama
lain.
2.
Harga diri
yang rendah. Ketika kondisi seseorang berada dalam kondisi manusia yang
direndahkan maka akan memiliki hasrat yang tinggi untuk berhubungan dengan
orang lain kondisi tersebut dimana orang yang direndahkan membutuhkan kasih
saying orang lain atau dukungan moral untuk membentuk kondisi seperti semula.
3.
Isolasi
sosial. Orang yang terisolasi harus melakukan interaksi dengan orang yang
sepaham atau sepemikiran agar terbentuk sebuah interaksi yang harmonis.
C.
Interaksi
Sosial dan Sosialisasi
1.
Interaksi
Sosial
Kata interaksi berasal dari kata inter dan action. Interaksi sosial
adalah hubungan timbal balik saling mempengaruhi antara individu, kelompok
sosial, dan masyarakat. Interaksi adalah proses di mana orang-oarang
berkomunikasi saling pengaruh mempengaruhi dala pikiran dan tindakannya.
Seperti kita ketahui, bahwa manusia dalam kehidupan sehari-hari tidaklah lepas
dari hubungan satu dengan yang lain. Interaksi sosial antar individu terjadi
manakala dua orang bertemu, interaksi dimulai: pada saat itu mereka saling
menegeur, berjabat tangan, saling berbicara, atau bahkan mungkin berkelahi.
Aktivitas-aktivitas semacam itu merupakan bentuk- bentuk dari interaksi sosial. Interaksi
sosial terjadi dengan didasari oleh faktor-faktor sebagai berikut:
1)
Imitasi
adalah suatu proses peniruan atau meniru.
2)
Sugesti
adalah suatu poroses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan
atau peduman-pedoman tingkah laku orang lain tanpa dkritik terlebih dahulu.
Yang dimaksud sugesti di sini adalah pengaruh pysic, baik yang datang dari
dirinya sendiri maupuhn dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya
kritik. Arti sugesti dan imitasi dalam hubungannya, dengan interaksi sosial
adalaha hampir sama. Bedanya ialah bahwa imitasi orang yang satu mengikuti
salah satu dirinya, sedangkan pada sugesti seeorang memberikan pandangan atau
sikap dari dirinya, lalu diterima oleh orang lain di luarnya.
3)
Identifikasi
dalam psikologi berarti dorongan untuk menjadi identi (sama) dengan orang lain,
baik secara lahiriah maupun batiniah.
4)
Simpati
adalah perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati
timbul tidak atas dasar logis rasional, melainkan berdasarkan penilain perasaan
seperti juga pada proses identifikasi.
2.
Bentuk-bentuk
Interaksi Sosial.
Bentuk-bentuk intraksi sosial dapat berupa kerja sama (cooperation),
persaingan (competition), dan pertentangan (conflict). Suatu keadaan dapat
dianggap sebagai bentuk keempat dari interaksi sosial, keempat pokok dari
interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan kontinuitas dalam arti bahwa
interaksi itu dimulai dengan adanya kerja sama yang kemudian menjadi persaingan
serta memuncak menjadi pertiakain untuk akhirnya sampai pada akomodasi.
Gilin and Gilin pernah mengadakan pertolongan yang lebih luas lagi.
Menurut mereka ada dua macam pross sosial yang timbul sebagaiu akibat adanya
interaksi sosial, yaitu:
1)
Proses
Asosiatif, terbagi dalam tiga bentuk khusus yaitu akomodasi, asimilasi, dan akulturasi.
2)
Proses
Disosiatif, mencakup persaingan yang meliputi “contravention” dan pertentangan
pertikain.
Adapun interaksi yang pokok proses-proses adalah:
1)
Bentuk Interaksi
Asosiatif
a.
Kerja sama
(cooperation).
Kerja
sama timbul karena orientasi orang perorangan terhadap kelompoknya dan kelompok
lainnya. Sehubungan dengan pelaksanaan kerja sama ada tiga bentuk kerja sama,
yaitu:
·
Bargainng,
pelaksanaan perjanjian mengenai pertukaran barang dan jasa antara dua
organisasi atau lebih
·
Cooperation,
proses penerimaan unsur-unsur baru dalam kepemimpinan atau pelaksanaan politik
dalam suatu organisasi, sebagai salah satu carta untuk menghindari terjadinya
goncangan dalam stabilitas organisasi yang bersangkutan.
·
Coalition,
kombinasi antara dua organisasi atau lebih yang mempunyai tujuan yang sama.
b.
Akomodasi
(accomodation)
Adapun
bentuk-bentuk akomodasi, di antaranya :
·
Coertion,
yaitu suatu bentuk akomodasi yang prosesnya dilaksanakan karena adanya paksaan.
·
Compromise,
suatu bentuk akomodasi, di mana pihak yang terlibat masing-masing mengurangi
tuntutannya, agar tercapai suatu penyelesaian terhadap perselisihan yang ada.
·
Arbiration,
suatu cara untuk mencapai compromise apabila pihak yang berhadapan tidak sanggup
untuk mencapainya sendiri.
·
Meditation,
hampir menyerupai arbiration diundang pihak ke tiga yang retial dalam persoalan
yang ada.
·
Conciliation,
suatu usaha untuk mempertemukan keinginan pihak yang berselisih, bagi tercapainya
suatu tujuan bersama.
·
Stelemate,
merupakan suatu akomodasi di mana pihak-pihak yang berkepentinganmempunyai yang
seimbang, berhenti pada titik tertentu dalam melakukan pertentangan.
·
Adjudication¸
yaitu perselisihan atau perkara di pengadilan.
2)
Bentuk
Interaksi Disosiatif.
a.
Persaingan
(competition).
Persaingan
adalah bentuk interaksi yang dilakukan oleh individu atau kelompok yang
bersaing untuk mendapatkan keuntungan tertentu bagi dirinya dengan cara menarik
perhatian atau mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan
kekerasan.
b.
Kontraversi
(contaversion).
Kontraversi
bentuk interaksi yang berbeda antara persaingan dan pertentangan. Kontaversi
ditandai oleh adanya ketidakpastian terhadap diri seseorang, perasaan tidak
suka yang disembunyikannya dan kebencian terhadap kepribadian orang, akan
tetapi gejala-gejala tersebut tidak sampai menjadi pertentangan atau
pertikaian.
c.
Pertentangan
(conflict).
Pertentangan
adalah suatu bentuk interaksi antar individu atau kelompok sosial yang berusaha
untuk mencapai tujuannya dengan jalan menentang pihak lain disertai ancaman
atau kekerasan. Pertentangan memiliki bentuk khusus, antara lain: pertentangan
pribadi, pertentangan rasional, pertentangan kelas sosial, dan pertentangan
politik.
3.
Sosialisasi
Peter Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai suatu proses di mana
seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat (Berger, 1978:116).
Salah satu teori peranan dikaitkan sosialisasi ialah teori George
Herbert Mead.Dalkam teorinya yang diuraikan dalam buku Mind, Self, and Society
(1972). Mead menguraikan tahap-tahap pengembangan secara bertahap melalui
interaksi dengan anggota masyarakat lain, yaitu melalui beberapa tahap-tahap
play stage, game sytage, dan tahap generalized other.
Menurut Mead pada tahap pertama, play stage, seorang anak kecil
mulai belajar mengambil peranan orang-orang yang berada di sekitarnya.Pada
tahap game stage seorang anak tidak hanya telah mengetahui peranan yang harus
tetapi telah pula mengetahui peranan yang harus dijalankan oleh orang lain
dengan siapa ia berinteraksi. Pada tahap ketiga sosialisasi, seseorang dianggap
telah mampu mengambil peran-peran yang dijalankan orang lain dalam masyarakat
yaitu mampu mengambil peran generalized others. Ia telah mampu berinteraksi
denagn orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peranannya sendiri
serta peranan orang-orang lain dengan siapa ia berinteraksi.
Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkembang
melalalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui
interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley diberi nama looking-glass self. Cooley
berpendapat looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap. Tahap pertama
seseorang mempunyai persepsi mengenaoi pandangan orang lain terhadapnya. Pada
tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilain oreang lain
terhadap penampilannya. Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap
apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Pihak-pihak yang melaksanakan sosialisasi itu menurut Fuller and
Jacobs (1973:168-208) mengidentifikasikan agen sosialisasi utama: keluarga,
kelompok bermain, media massa, dan sistem pendidikan.
4.
Bentuk dan
Pola Sosialisasi
1)
Bentuk-bentuk
Sosialisasi
Sosialisasi merupakan suatu proses yang berlangsung sepanjang hidup
manusia. Dalam kaitan inilah para pakar berbicara mengenai bentuk-bentuk proses
sosialisasi seperti sosialisasi setelah masa kanak-kanak, pendidikan sepanjang
hidup, atau pendidikan berkesinambungan.
2)
Pola-pola
Sosialisasi
Pada dasarrnya kita mengenal dua pola sosialisasi, yaitu pola
represi yang menekankan pada penggunaan hukuman terhadap kesalahan.Dan pola
partisipatori yabg merupakan pola yang didalamnya anak diberi imbalan manakala
berperilaku baik dan anak menjadi pusat sosialisasi.
D.
Masyarakat
dan Komunitas
Masyarakat itu merupakan kelompok atau
kolektifitas manusia yang melakuakn antar hubungan, sedikit banyak bersifat
kekal, berlandaskan perhatian dan tujuan bersama, serta telah melakukan jalinan
secara berkesinambungan dalam waktu yang relatif lama. Unsur-unsur masyarakat
yaitu: kumpulan orang, sudah terbentuk dengan lama, sudah memiliki sistem dan
struktur sosial tersendiri, memiliki kepercayaan, sikap, dan perilaku yang
dimiliki bersama, adanya kesinambungan dan pertahanan diri, dan memiliki
kebudayaan.
1.
Masyarakat
Setempat (community)
Masyarakat setempat menunjukan pada
bagianmasyarakat yang bertempat tinggal disatu wilayah (dalam arti geografis)
dengan batas-batas tertentu dimana faktor utama yang menjadi dasarnya adalah
interaksi yang lebih besar diantara anggota-anggotanya, dibandingkan interaksi
dengan penduduk diluar batas wilayahnya.
2.
Masyarakat
Desa dan Masyarakat Kota
Menurut Soerjono Soekamto, masyarakat kota
dan desa memiliki perhatian yang berbeda, khususnya terhadap perhatian
keperluan hidup. Di desa, yang diutamakan adalah perhatian khusus terhadap
keperluan pokok, fungsi-fungsi yang lain diabaikan. Lain dengan pandangan orang
kota, mereka melihat selain kebutuhan pokok, mereka melihat selain kebutuhan
pokok, pandangan sekitarnya sangat mereka perhatikan.
3.
Masyarakat
Multikultural
Perlu diketahui, ada tiga istilah yang
digunakan secara bergantian untuk mengambarkan masyarakat yang terdiri atas
agama, ras, bahasa dan budaya yang berbeda, yaitu pluralitas, keragaman, dan
multikultural.
·
Konsep
pluralitas menekankan pada adanya hal-hal yang lebih dari satu (banyak).
·
Keragaman
menunjukan bahwa keberadaanya yang lebih dari satu itu berbeda-beda, heterogen,
dan bahkan tidak dapat dipersamakan.
·
Konsep multikultralisme
sebenarnya merupakan konsep yang relatif baru. Inti dari multikulturalisme
adalah kesediaan menerima kelompok lain secara sama sebagai kesatuan, tanpa
memperdulikan perbedaan budaya, etnik, gender, bahasa ataupun agama. Jadi,
apabila pluralitas hanya menggambarkan kemajemukan, multikulturalisme meberikan
penegasan bahwa dengan segala perbedaannya itu mereka adalah sama diruang
publik.
4.
Pengaruh
Multikultural Terhadap Kehidupan Beragama, Bermasyarakat, Bernegara dan
Kehidupan Global
Problematika yang muncul dari keragaman
yaitu munculnya berbagai kasus disintegrasi bangsa dan bubarnya sebuah negara,
dapat disimpulkan adanya lima faktor utama yang secara gradual bisa menjadi
penyebab utama proses itu, yaitu: kegagalan kepemimpinan, krisis ekonomi yang
akut dan berlangsung lama, krisis politik, krisis sosial, dan intervensi asing.
Realitas keragaman budaya bangsa ini tentu membawa konsekuensi munculnya
persoalan gesekan antar budaya, yang mempengaruhi dinamika kehidupan bangsa
sebagai kelompok sosial, oleh sebab itu kita harus bersikap terbuka melihat
semua perbedaan dalam keragaman yang ada, meenjunjung tinggi nilai-nilai
kesopanan, dan menjadikan keragaman sebagai kekayaan bangsa, alat pengikta
persatuan seluruh masyarakat dalam kebudayaan yang beraneka ragam.
E.
Pegembangan
Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
1.
Pengembangan
Manusia Sebagai Makhluk Individu
Sebagai makhluk individu yang menjadi satuan terkecil dalam suatu
organisasi atau kelompok, manusia harus memiliki kesadaran diri yang dimulai
dari kesadaran pribadi di antara segala kesadaran terhadap segala sesuatu.
Kesadaran diri tersebut meliputi kesadaran diri di antara realita,
self-respect, self-narcisme, egoisme, martabat kepribadian, perbedaan dan
persamaan dengan pribadi lain, khususnya kesadaran akan potensi-potensi pribadi
yang menjadi dasar bagi self-realisation.
Sebagai makhluk individu, manusia memerlukan pola tingkah laku yang
bukan merupakan tindakan instingtif belaka.Manusia yang biasa dikenal dengan
Homo sapiens memiliki akal pikiran yang dapat digunakan untuk berpikir dan
berlaku bijaksana.Dengan akal tersebut, manusia dapat mengembangkan
potensi-potensi yang ada di dalam dirinya seperti, karya, cipta, dan karsa.Dengan
pengembangan potensi-potensi yang ada, manusia mampu mengembangkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya yaitu makhluk ciptaan Tuhan yang paling sempurna.
Perkembangan manusia secara perorangan pun melalui tahap-tahap yang
memakan waktu puluhan atau bahakan belasan tahun untuk menjadi dewasa.Upaya
pendidikan dalam menjadikan manusia semakin berkembang.Perkembangan
keindividualan memungkinkan seseorang untuk mengmbangkan setiap potensi yang ada
pada dirinya secara optimal.
Sebagai makhluk individu manusia mempunyai suatu potensi yang akan
berkembang jika disertai dengan pendidikan. Melalui pendidikan, manusia dapat
menggali dan mengoptimalkan segala potensi yang ada pada dirinya.Melalui
pendidikan pula manusia dapat mengembangkan ide-ide yang ada dalam pikirannya
dan menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari yang dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia itu sendiri.
2.
Pengembangan
Manusia Sebagai Makhluk Sosial
Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian.Manusia
memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah
satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal
ini menunjukkan kondisi yang interdependensi. Di dalam kehidupan manusia
selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga
masyarakat, dan warga negara.
Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung
konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif.Keadaan
positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak
manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi
antarindividu.Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi
kepentingan bersama.
Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang
mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan.Pada zaman
modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat
sendiri. Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai
perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat
tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih
saying, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan
emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan
berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas
yang dapat menjadikannya lebih baik.Kegiatan mendidik merupakan salah satu
sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia.Imanuel Kant mengatakan, “manusia
hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan”. Jadi jika manusia tidak dididik
maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah
terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar.Hal
tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi
pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa
disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga
hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani.
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Manusia adalah makhluk individu dan juga
makhluk sosial. Sebagai individu, ia mempunyai kemauan dan kehendak yang
mendorongnya berbuat dan bertindak. Dari apa yang diperbuatnya dan dari sikap
hidupnya, orang dapat mengetahui pribadi seseorang. Sebagai makhluk idividu,
manusia ingin hidup senang dan bahagia, dan menghindar dari segala yang
menyusahkan. Untuk itu ia berusaha memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan
jasmani maupun kebutuhan rohani yang dapat membawa kesenangan dan kebahagiaan
kepada dirinya.
Akibat dari hal itu, timbullah hak seseorang
atas sesuatu, seperti hak milik atas sesuatu benda, hak menuntut ilmu, hak
menikmati kesenangan dan lain-lainnya. Hak itu tidak boleh diganggu oleh orang
lain. Akibatnya, orangpun merasa bahwa dialah yang berkuasa atas haknya itu dan
menyadari pula bahwa ia mempunyai rasa aku. Kesadaran ini mendorongnya untuk
bertindak sendiri, terlepas dari pengaruh orang lain. Hidup sebagai makhluk
individu semata-mata tidak mungkin tanpa juga sebagai makhluk sosial. Manusia
hanya dapat dengan sebaik-baiknya dan manusia hanya akan mempunyai arti apabila
ia hidup bersama-sama manusia lainnya di dalam masyarakat. Tidak dapat
dibayangkan adanya manusia yang hidup menyendiri tanpa berhubungan dan tanpa
bergaul dengan sesama manusia lainnya.Hanya dalam hidup bersama manusia dapat
berkembang dengan wajar dan sempurna.
Hal ini ternyata bahwa sejak lahir sampai
meninggal, manusia memerlukan bantuan orang lain untuk kesempurnaan hidupnya.
Bantuan ini tidak hanya bantuan untuk memenuhi kebutuhan jasmani, tetapi juga
untuk kebutuhan rohani.Manusia sangat memerlukan pengertian, kasih sayang,
harga diri, pengakuan dan tanggapan-tanggapan emosional yang sangat penting
artinya bagi pergaulan dan kelangsungan hidup yang sehat.Inilah kodrat manusia,
sebagai makhluk individu dan juga sebagai makhluk sosial.Tak ada seorangpun
yang dapat mengingkari hal ini, karena ternyata bahwa manusia baru dapat
disebut manusia dalam hubungannya dengan orang lain, bukan dalam kesendiriannya.
B.
Saran
Kami selaku penyusun sangat menyadari masih
jauh dari sempurna dan tentunya banyak sekali kekurangan dalam pembutan makalah
ini.Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan kami.
Oleh karena itu, kami selaku pembuat makalah
ini sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun.Kami juga
mengharapkan makalah ini sangat bermanfaat untuk kami khususnya dan pembaca
pada umumnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Achmad, Yusdi. 2006. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial,
makalah, Lokakarya Dosen ISBD,
Batam: Dikti Depdiknas
Calvinfatmanausia.2011. Manusia Sebagai Makhluk Individu dan Sosial
http://calvinfatmanausia.wordpress.com/2011/10/20/makalah-manusia-sebagai-makhluk-individu-dan-sosial/.Diakses
25 Maret 2013.
Mansyri, Arif dkk. 2008. Ilmu Pengetahuan Sosial 2. Jakarta:
Amanah Pustaka.
Noor, Arifin, Drs. H. 1997. Ilmu Sosial Dasar. Bandung: CV. Pustaka
Setia.
Setiadi, Elly M. dkk.2006. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. Jakarta:
Kencana Prenada Media Group.
No comments:
Post a Comment